Yogyakarta, INAMEDIA.id – Usai demontrasi para santri ke Polda DIY dan ditindaklanjuti dengan penutupan sejumlah Outlet 23 yang disinyalir memperdagangkan sejumlah merek minuman keras (Miras) di Provinsi Yogyakarta. Pengasuh pondok pesantren Minggir Sleman Gus Muwafiq angkat bicara.
Gus Muwafiq mengatakan pemerintah harus konsisten menangani peredaran miras, tidak hanya saat ada momentum tertentu saja namun berkelanjutan. Karena menurutnya miras bisa merusak generasi muda terlebih dengan peredarannya yang mudah didapatkan.
Tokoh ulama ini juga menyebut bangsa Indonesia akan kerepotan jika minuman beralkohol merajalela.
“Kegiatan hari ini adalah untuk menjaga bangsa, generasi yang sehatlah. Jauh dari kekerasan, jauh dari hal-hal merusak generasi muda termasuk miras. Semoga bangsa ini tidak semakin repot ngurusnya karena terlalu banyak yang minum miras,” jelasnya usai Apel Akbar 10.000 Banser DIY di Lapangan Pondok Pesantren Minggir, Minggu (3/11/2024).
Tak hanya menyoroti peredaran dan penutupan Outlet 23 saja, Gus Muwafiq juga menyoroti terkait penikaman seorang santri Krapyak yang terjadi di Prawirotaman baru-baru ini yang menimbulkan aksi demonstrasi ribuan santri ke Polda DIY.
Baca juga: Fenomena Maraknya Pengamen Online di Yogyakarta, Satpol-PP Lakukan Razia
Gus Muwafiq menyebut latar belakang penikaman 2 orang santri ini dipicu karena pelaku mengkonsumsi minuman keras. Kendati saat ini Kepolisian Daerah Yogyakarta telah menangkap para pelaku penikaman santri tersebut. Dan telah merazia dan menutup semua Outlet 23 dan toko atau warung yang menjual miras di wilayah hukum Yogyakarta.
“Kalau kasus santri Krapyak sudah ditangani. Kepolisian InsyaAllah sudah (gerak), tertangkap semua itu. Tapi juga konsisten, jangan momentum ada kasus saja,” tutupnya.
Baca juga: Festival Kebudayaan Yogyakarta 2024 Kembali Digelar
Sebagi informasi desakan pemberantasan miras di Jogja mengemuka beberapa waktu terakhir. Gerakan ini merespons menjamurnya Outlet penjualan miras di Kota Pelajar ini.
Puncaknya, beberapa pemabuk yang keluar dari outlet penjual minuman keras menganiaya beberapa orang yang sedang membeli sate ayam di Prawirotaman, Kota Jogja, beberapa hari lalu. Peristiwa ini memicu gerakan GP Ansor lantaran beberapa santri Ponpes Krapyak menjadi korban dalam penganiayaan ini.