Pornografi dan Bagaimana Pengaruhnya Terhadap Otak, Ini Kata Pakar Neurosains

PASARKAYU
JIFFINA 2025

INAMEDIA.id – Akhir-akhir ini masyarakat di Kabupaten Gunungkidul dihadapkan dengan beberapa pemberitaan terkait kasus perselingkuhan yang dilakukan oknum aparatur pemerintahan baik ditingkat Kalurahan maupun ditingkat pemerintahan Kapanewon. Bahkan kasus video call Sex (VCS) yang disinyalir milik anggota DPRD Kabupaten Gunungkidul dengan seorang wanita pun mencuat kembali setelah Badan Kehormatan (BK) DPRD Kabupaten Gunungkidul hanya memberikan teguran lisan kepada pelaku.

Lalu sebenarnya apa yang melatarbelakangi kasus-kasus yang notabene berurusan dengan aktifitas menyimpang seksual ini kerap terjadi. Apakah memang sedemikian parahnya moralitas para aparatur dan pejabat publik di Kabupaten Gunungkidul. Lantas apa pemicunya, apakah obsesi aktifitas seksual yang melampaui dari realitanya.

IKLAN

Kadang kita selalu membuat kesimpulan bahwa seseorang yang memiliki obsesi aktifitas seksual berlebih dikaitkan dengan aktivitas terlalu berlebihnya mengkonsumsi informasi yang berhubungan dengan Pornografi, apakah itu melihat gambar pornografi atau pun mengkonsumsi secara berlebihan konten video porno.

Lalu bila memang para pelaku ini terobsesi dengan informasi pornografi yang berlebih apakah gambar dan video porno bisa mempengaruhi kerja otak sehingga membuat para konsumer konten pornografi ini memiliki perilaku melanggar moral sosial di masyarakat.

Baca juga: Putusan BK DPRD Gunungkidul kepada HN Membuat Geram Masyarakat Gunungkidul

dokter spesialis bedah saraf yang mempelajari neurosains dr. Roslan Yusni Hasan, Sp.BS. atau yang lebih dikenal dengan nama dr. Ryu Hasan dalam channel InsideOurBrain mengatakan bahwa istilah pornografi dikenal oleh masyarakat sejak era ratu Victoria pada abad 19, karena sebelumnya masyarakat tidak mengenal istilah pornografi.

“Sebenarnya yang dimaksud pornografi itu adalah penabuan atas aktifitas seksual, awalnya aktivitas-aktivitas seksual itu tidak dianggap tabu, hingga pada abad 19 pada zaman ratu Victoria maka aktifitas seksual ini dianggap tabu sehingga lahirlah istilah pornografi,” kata Ryu dalam penjelasannya di channel YouTube nya.

Ryu juga menjelaskan bahwa pornografi bisa mempengaruhi otak manusia, kendati demikian Ryu mengganggap hal tersebut menjadi hal yang normal, sama halnya seseorang menonton tontonan lainnya yang berefek pada aktifitas fisik.

Baca juga: Carut Marut Pemberian Sanksi Pelaku Asusila di Gunungkidul antara ASN dan Wakil Ketua DPRD

“Sangat berpengaruh, jangan kan nonton pornografi, kita kalo ngeliat konten makanan kan juga langsung hasrat kita mau makan atau minum, jadi itu hal yang wajar, dan juga pengetahuan kita jadi bertambah. Yang tadinya hanya satu macam gaya dalam aktifitas seksual menjadi menjadi tahu berbagai macam gaya seksual,” jelas Ryu.

Walaupun menganggap menkonsumsi konten pornografi sama halnya bila seseorang mengkonsumsi konten lainnya dr. Ryu Hasan mengingatkan agar tidak terlalu berlebihan menkonsumsi konten pornografi.

Ia juga menjelaskan bahwa belum ada riset yang menemukan seseorang kecanduan konten atau video porno.

Baca juga: Jelang Bulan Ramadhan, Masyarakat 3 Padukuhan di Bejiharjo Gunungkidul Kirab 1000 Ketupat

“Kalo yang namanya berlebihan itu nggak bagus dan nggak sehat, jangan kan konten porno, kamu kebanyakan nonton drama Korea juga nggak bagus ko. Tapi kalo ditanya apakah menonton film porno bisa mengubah ekspresi seksual seseorang atau mempengaruhi itu belum ada buktinya. Itu hanya klaim beberapa orang saja,” tegasnya.

Diakhir kontennya dr. Ryu Hasan menyimpulkan bahwa apa yang kita tonton akan mempengaruhi emosi dan pemikiran seseorang dan hal tersebut hal yang wajar adanya. Namun bila ada seseorang yang tidak dapat melepaskan dirinya untuk tidak menonton konten atau video porno Ryu Hasan menyarankan agar orang tersebut menemui psikolog atau psikiater.

“Jadi kesimpulannya pornografi barang baru, dan pornografi tidak bisa merusak otak, tapi kalo pornografi berpotensi menimbulkan kecanduan itu iya, sama dengan game online, drama Korea, K-Pop itu juga ada berpotensi kecanduan jadi konsumsi semua itu secukupnya saja. Tapi kalo kamu kecanduan maka hubungi psikolog atau psikiater,” tutup dr. Ryu Hasan dalam channel nya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

JIFFINA 2025