INAMEDIA.id – Kemajuan teknologi mampu mempermudah kerja manusia, terlebih saat ini maraknya platform media sosial yang bisa kita akses melalui gawai kita.
Namun taukah anda berlama-lama mengakses konten receh di media sosial bisa menyebabkan “Brain Rot” lalu apa Brain Rot itu sendiri, berikut INAMEDIA merangkum apa sebenarnya Brain Rot, gejalanya dan efeknya.
fenomena “Brain Rot” atau kerusakan otak semakin menjadi perhatian. Istilah ini merujuk pada penurunan kemampuan kognitif yang disebabkan oleh kebiasaan terlalu sering menonton konten digital yang instan, tidak mendidik, dan kurang makna.
Taufiq Pasiak, seorang ilmuwan neurosains serta CEO Sekolah Otak Indonesia, menjelaskan bahwa brain rot dapat mengakibatkan dampak buruk pada kemampuan kognitif.
“Dampaknya adalah otak kekurangan kapasitas untuk berpikir jernih, fokus, dan mengambil keputusan,” ujarnya.
Baca juga: Semangat Natal Mampu Menghentikan Peperangan, Ini Sejarahnya
Taufiq menjelaskan mengonsumsi konten berkualitas juga menjadi kunci utama dalam mencegah brain rot. Taufiq merekomendasikan untuk memilih konten yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik dan memperluas pengetahuan. “Konten yang membuat kita pintar dan mendorong untuk mendalami suatu topik bisa melatih otak untuk berpikir secara kritis,” jelasnya.
Langkah selanjutnya adalah dengan mengonsumsi konten berkualitas juga menjadi kunci utama dalam mencegah brain rot. Taufiq merekomendasikan untuk memilih konten yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik dan memperluas pengetahuan.
“Konten yang membuat kita pintar dan mendorong untuk mendalami suatu topik bisa melatih otak untuk berpikir secara kritis,” jelasnya. Dengan demikian, bukan hanya hiburan yang didapat, tetapi juga pengetahuan yang berharga.
Baca juga: Omah Godong Kelor Tempat Kuliner yang Menawarkan Konsep Sport and Health
Selain itu, aktivitas fisik yang rutin juga memiliki peran yang tak terpisahkan dalam menjaga fungsi kognitif otak. Melalui olahraga, aliran darah ke otak meningkat, yang dapat memperbaiki fungsi kognitif. Interaksi langsung dengan orang lain pun tidak kalah penting. Taufiq menekankan pentingnya mengurangi komunikasi melalui layar dan lebih memilih pertemuan tatap muka, seperti ngopi atau berolahraga bersama, untuk meningkatkan keterhubungan sosial dan mencegah penurunan empati.
Yang selanjutnya memberi tantangan pada diri sendiri dan memanfaatkan teknologi dengan bijak juga dianjurkan. Kegiatan yang memerlukan konsentrasi, seperti membaca buku atau menulis, bisa merangsang otak untuk tetap aktif.
Baca juga: Hujan Lebat Landa Gunungkidul, RSUD Wonosari Kebanjiran
“Membuat ringkasan buku atau menulis ulang apa yang dibaca dapat membantu,” ungkap Taufiq.
Dengan memanfaatkan aplikasi yang mendukung produktivitas daripada asal browsing di dunia maya, individu dapat terhindar dari risiko brain rot. Menjaga kesehatan kognitif di tengah arus informasi yang deras adalah tanggung jawab bersama.
Jadi jika INAMER bila tidak ingin mengalami “Brain Rot” maka tetaplah bijak dalam menggunakan sosial media terlebih mengkonsumsi konten-konten receh ya.