Gunungkidul (DIY), INAMEDIA.id – Bentuk rangkaian kegiatan masyarakat yakni bersih dusun (Rasul) masyarakat Padukuhan Natah Kulon, Kalurahan Natah, Kapanewon Nglipar, Gunungkidul menggelar adat tradisi nyadran yang dilaksanakan di Sumur Kaligawe sebuah tempat yang dipercayai merupakan cikal bakal berdirinya Padukuhan tersebut.
Adapun adat tradisi ditempat itu adalah berkumpulnya warga masyarakat Natah Kulon dengan membawa bakul yang berisi nasi dilengkapi lauk pauk yang kembali dibawa ke Sumur Kaligawe untuk selanjutnya didoakan oleh sesepuh adat atau biasa disebut dengan juru kunci sebelum dibagikan kepada seluruh pengunjung yang hadir.
Ada satu hal yang menarik dari sajian makanan ditempat prosesi gelaran adat tersebut, selain nasi, tampak sebagian warga masyarakat membawa lauk berupa ayam panggang utuh ataupun ingkung yang menurut mereka menandakan sebuah ungkapan rasa syukur atas terkabulnya sebuah keinginan ataupun permohonan dari masing-masing warga kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Menurut Suyoto yang merupakan Tokoh Masyarakat Padukuhan Natah Kulon yang sekaligus pemerhati adat tradisi dan sejarah, disela sela kegiatan mengatakan, bahwa kegiatan ini merupakan adat tradisi turun temurun dari nenek moyang yang setiap tahunnya selalu diadakan.
Dikatakan Suyoto, didalam rangkaian kegiatannya yang sepenuhnya didanai dari hasil swadaya murni masyarakatnya Natah Kulon dan sebagian masyarakat yang peduli dengan kegiatan ini tidak lain bertujuan nguri uri (melestarikan) adat tradisi sekaligus bentuk ungkapan rasa syukur kepada Yang Kuasa setelah masyarakat selesai melaksanakan kegiatan pertanian yaitu panen.
“Selain bentuk ungkapan rasa syukur, kegiatan ini juga bertujuan menumbuh kembangkan budaya lokal yang memiliki potensi yang sangat luar biasa khususnya di wilayah Padukuhan kami,” tuturnya.
Suyoto seorang sosok yang selalu dekat dengan kegiatan budaya dan di kenal masyarakat memiliki pemahaman tentang sejarah ini selanjutnya menegaskan, bahwa aset budaya seperti halnya nyadran, seni Gejog Lesung, Jathilan yang saat ini digelar dan ditampilkan untuk menyemarakkan merti dusun (Rasul) merupakan wadah bagi masyarakat untuk lebih meningkatkan kerukunan dan saling bahu membahu dalam kebersamaan.
“Dengan semangat kebersamaan dari seluruh warga, kami sebagai tokoh masyarakat memiliki harapan budaya yang seperti ini tetap lestari dan bisa terus berkembang,” imbuhnya.
Sementara itu sesepuh adat atau juru Kunci sumur Kaligawe Mardi Wiyono atau lebih akrab dan dikenal dengan sebutan Mbah Mardi Landoh didalam kesempatan tersebut ikut menuturkan, bahwa ia sebagai juru kunci merupakan penerus dari juru kunci sebelumnya yang merupakan kakak kandung dari Mbah Landoh.
Mbah Landoh menyebut, tradisi turun temurun yang sampai saat ini masih terus berlangsung dan terus di uri uri oleh masyarakat disetiap tahunnya ini memiliki makna filosofi terhadap kerukunan hidup bermasyarakat. Menurutnya, dengan digelarnya kegiatan masyarakat dapat bersama sama guyub rukun serta saling bahu membahu untuk mensukseskan sebuah gelaran.
“Yang terpenting, adat tradisi Nyadran ini merupakan bentuk keikhlasan dalam bersedekah serta ungkapan syukur terhadap Tuhan sehingga kedepannya kegiatan ini tetap harus lestari. Dan mudah mudahan masyarakat khususnya Padukuhan Natah Kulon tetap manunggal dan terus selalu menjaga kerukunan,” pungkasnya.