NATARU

Sikapi Tingginya Harga Kedelai, Ditengah Usaha Pengrajin Tahu Yang Tetap Harus Berlanjut

PASARKAYU

Gunungkidul, INAMEDIA.id – Harga Kedelai yang mengalami kenaikan sejak Dua bulan terakhir mengakibatkan penurunan jumlah produksi dan penurunan omzet penjualan bagi para pelaku produksi industri tahu rumahan.

Seperti halnya yang dirasakan oleh Teguh Wiyono (44) seorang pemilik industri tahu rumahan yang berada di Padukuhan Pilangrejo, Kalurahan Pilangrejo, Kapanewon Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, ia harus berjuang untuk tetap mempertahankan produksi tahu miliknya ditengah harga bahan baku kedelai yang melambung tinggi.

IKLAN

Dikatakan Teguh, harga bahan baku kedelai yang semula Rp 10.000/Kg sejak 2 bulan terakhir kini melonjak hingga mencapai harga Rp 14.500/Kg. Sehingga demi kelangsungan usaha yang dimilikinya ia berusaha mensikapi dengan cara sedikit memperkecil ukuran tahu dan menjualnya ke konsumen dengan harga yang sama seperti ketika belum ada kenaikan harga kedelai.

“Seperti biasa saya produksi tahu setiap harinya menghabiskan 70 Kg kedelai, ketika harga kedelai normal bisa mendapatkan untung sejumlah 200 Ribu, tapi dengan kondisi harga kedelai sekarang paling hanya sisa 60 Ribu saja,” ujarnya. Kamis (01/12/2022).

Tetapi karena usaha tahu yang dimilikinya tetap harus memberikan pelayanan yang berkelanjutan terhadap para pedagang yang sudah merupakan langganan dan juga konsumen yang setiap hari membeli, Teguh tetap harus mempertahankan usahanya walaupun harus membeli bahan baku dengan harga tinggi.

“Yang penting usaha tahu saya ini tetap berjalan walaupun dengan hasil yang sangat minim, kadang hasil yang saya peroleh malah tidak sebanding dengan pengeluaran untuk produksi,” keluhnya.

Teguh juga menyebut, ia juga harus benar-benar memperhitungkan biaya produksi tahu yang dimilikinya, apalagi saat ini harga minyak goreng yang menjadi bagian penting dari usahanya juga mengalami kenaikan harga.

“Harga minyak goreng curah kini mencapai 16.000/Kg yang semula hanya pada kisaran harga 11.000/Kg, ini juga menjadi salah satu faktor penyebab turunnya hasil usaha saya,” imbuh Teguh.

Disisi lain Teguh juga harus membayar satu karyawan yang membantunya bekerja dengan memberikan upah sesuai dengan jumlah kedelai yang diproses pada saat itu.

“Jika 1 Kwintal saya memberikan upah 100 Ribu, tergantung berapa jumlah bahan baku kedelai yang saya pakai saat sedang produksi,” katanya.

Kepada pemerintah Teguh berharap untuk segera menstabilkan harga kedelai sebagai bahan baku usahanya, agar usaha yang ia lakukan bisa mendapatkan hasil yang sesuai seperti ketika belum terjadi kenaikan harga bahan baku kedelai.

“Saya berharap agar pemerintah untuk segera menstabilkan harga bahan baku kedelai dan bahan penunjang yang lain demi kelangsungan usaha tahu milik saya,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

IFMAC & WOODMAC 2024