Di Indonesia setiap tahun terdapat 57 ribu orang meninggal akibat rokok, baik sebagai perokok aktif maupun perokok pasif.
Hal tersebut disampaikan oleh Gupiyanto Joko Nugroho, SP. MM dari Dinas Kesehatan saat menyampaikan makalahnya didepan peserta Seminar Dampak Rokok Bagi Siswa SLTA yang berlangsung di Gedung KPRI Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Kamis (24/7).
Gupiyanto menambahkan bahwa jumlah perakok di Inbdonesia semakin hari semakin meningkat jumlahnya, bahkan Indonesia menduduki rangking 3 dunia setelah Cina dan Amerika. Sedangkan di level Asia menduduki rangking ke 1 atau sebesar 47 persen dari jumlah penduduk. Menurut survei pengeluaran terbesar rumah tangga miskin adalah untuk membeli rokok.
Perilaku orang Indonesia sebagai konsumen rokok tersebut sangat dipengaruhi oleh gencarnya iklan rokok yang dilakukan secara besar-besaran. Karena selain ukuran iklannya yang besar, hampir setiap ivent baik di daerah maupun di kota selalu didukung oleh iklan rokok, harga rokokpun termasuk sangat murah. Padahal di negara maju tidak setiap ivent disertai iklan rokok, karena mahal dan kesadaran warganya akan kesehatan sangat tinggi, bahkan harganyapun sangat mahal sekitar 12 US dolar atau setara dengan Rp. 120 ribu. terang Gupiyanto.
Kesimpulannya, kata Gupiyanto, rokok mengandung racun, rokok dapat merusak seluruh organ tubuh manusia. Perokok aktif mengisap 25 persen racunnya, sedangkan 75 persenya diisap orang disekelilingnya. Perokok pasif di Indonesia diperkirakan berjumlah sebanyak 66 persen, terdiri kelompok usia 10-14 tahun sebesar 70 persen, dari 64,2 persen dari pelajar sudah terkontaminasi asap rokok.
Menurut laporan panitia yang disampaikan oleh Drs. Riswanto Widodo, seminar semacam ini merupakan yang pertama kali di Bantul dan diikuti oleh sekitar 50 pelajar SMU/K di Bantul dan perwakilan SKPD terkait di lingkungan Pemkab. Bantul.
Sementara dalam sambutan Bupati Bantul yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul drg. Maya Sintowati, diantaranya menyampaikan bahwa kebiasaan merokok sudah meluas di hampir semua kelompok masyarakat di Indonesia dan cenderung meningkat jumlahnya, terutama di kalangan anak dan remaja sebagai akibat gencarnya promosi di berbagai media massa.
Hal ini memberikan makna bahwa masalah merokok telah menjadi semakin serius, mengingat merokok berisiko menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan baik bagi perokok sendiri maupun orang lain di sekelilingnya.. terang Maya Sintowati.
Dari data WHO, tambah Maya, di tahun 2004 diketahui sudah mencapai 5 juta kasus kematian setiap tahunnya, serta 70 persen terjadi di negara berkembang, termasuk didalamnya asia, di Indonesia di tahun 2025 nanti, saat jumlah perokok dunia sekitar 650 juta orang maka akan ada 10 juta kematian per tahun.
Penyakit-penyakit akibat rokok, katanya, pada akhirnya akan melemahkan potensi SDM kita. Karena akibat asap rokok menyebabkan 25 macam penyakit serius diantaranya yang paling parah terjadinya kanker paru-paru. Dan terbukti perokok akan menanggung rugi bagi pelakunya yaitu kerugian kesehatan dan ekonomi yang akan berimbas pada meningkatnya biaya dan pelayanan kesehatan pula.
Agar permasalahan dan kondisi tersebut dapat dikendalikan, maka seminar semacam ini dipandang sangat strategis dalam upaya pengamanan terhadap bahaya merokok, khususnya di kalangan remaja dan pelajar. tambah drg. Maya.
Selain dari Dinas Kesehatan nara sumber lain disampaikan testimoni mantan perokok yaitu Drs. Fahrudin S Ag anggota dewan Kab. Bantul dan Didik Joko Nugrho dari Fakultas Kedokteran UGM menyampaikan makalah berjudul Remaja Sehat Tanpa Rokok. (Sit)