Magelang, INAMEDIA – Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) bersama Dewan Musyawarah Daerah MLKI Kab. Magelang menggelar pertemuan pegiat media sosial komunitas/lembaga di Magelang, Selasa 11 Februari 2025 di Warung Layar Sentuh Magelang Jawa Tengah. Acara mengangkat tema “Masa Depan Keberagaman Agama dan Kepercayaan di Magelang”, dihadiri 20 orang perwakilan komunitas di Magelang, FORDA, Mafindo, Kebun Makna, Sahabat Perempuan, IPNU, IPPNU, Akademi Kebhinekaan, Gemapakti, MLKI Magelang dan Komunitas Pager Piring.
Luthfi Aziz staff Pengembangan Media Yayasan LKiS menjelaskan saat membuka acara, sebagai daerah yang memiliki sejarah panjang dalam interaksi antar agama, Magelang mempunyai tantangan dalam menjaga keseimbangan antara modernisasi dan nilai-nilai tradisional yang dijunjung tinggi masyarakatnya.
Di tengah dinamika sosial yang berkembang, potensi kesalahpahaman, konflik berbasis perbedaan agama/kepercayaan masih sangat mungkin terjadi. “Kegiatan ini jadi penting untuk terus membangun dialog yang sehat dan inklusif sebagai upaya perkuat persatuan, meningkatkan toleransi serta memahami segala bentuk perbedaan yang ada”, papar Aziz.
Di lain pihak, kolaborasi dan pelibatan semua elemen agama atau kepercayaan menjadi sebuah keniscayaan di tengah masyarakat yang plural di Magelang. Sehingga perspektif inklusivitas harus senantiasa dipupuk agar mencegah kesalahpahaman dan konflik antar umat beragama/berkepercayaan. “inklusivitas harus jadi perspektif dalam membaca keragaman agama maupun kepercayaan yang ada”, sahut Titi berkomentar.
Lebih lanjut, narasi yang berkembang di media sosial sering kali tidak dapat di pertanggungjawabkan, seperti hoaks yang beredar di media sosial. Hoaks berpotensi memecah belah, menjadi sumber konflik dan bisa menimpa siapa saja, termasuk penghayat kepercayaan. Secara umum umat penghayat kepercayaan dianggap seringkali lakukan praktik klenik, perdukunan dan okultisme tanpa mencoba kenali apa sejatinya yang sedang mereka lakukan.
“Misal ketika ada warga penghayat melakukan bakti alam di sumber air/ mata air seringkali dianggap sedang menyembah roh penunggu mata air tersebut. Contoh lain ketika penghayat melakukan bakti leluhur, peringatan wafatnya seseorang mereka dianggap sedang memuja arwah orang yang wafat tersebut” kata Agung Begawan Prabu, koordinator departemen media dan publikasi Dewan Musyawarah Pusat Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan YME-Indonesia (DMP MLKI).
Di sesi akhir peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk diskusikan narasi keberagaman dan kemudian diolah menjadi suatu konten bersama yang akan diunggah di media sosial. Langkah ini bertujuan untuk membangun narasi bersama tentang Keberagaman Agama dan Kepercayaan di Magelang.
Melalui pertemuan ini diharapkan komitmen komunitas dalam menjaga dan merawat keberagaman/kepercayaan jadi menguat. Selain itu, dorongan kolaborasi dalam menarasikan di media sosial semakin massif sebagai upaya edukasi yang lebih luas di ruang maya.