<

Kasad Jenderal Dudung Abdurachman Kunjungi Pusat Riset CIRNOV UAD, Jajaki Rudal Kaliber 70 Untuk Senjata Latih TNI AD

RISET - Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurachman (tengah) diapit Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (kiri) dan Rektor UAD Dr. Muchlas, M.T. (kanan) di kantor Pusat Riset CIRNOV UAD Yogyakarta.

Bantul (DIY), INAMEDIA.id – Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (Kasad/KSAD) Jenderal TNI Dr. Dudung Abdurachman, S.E., M.M. (DAR) berkesempatan mengunjungi Etalase Produk Penelitian Rudal Kaliber 70 yang mampu menghantam pesawat terbang buatan Center for Integrated Research and Innovation (CIRNOV) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, di Kantor Pusat Riset CIRNOV UAD di Jalan Jenderal TNI (Anumerta) Achmad Yani (Ringroad Selatan), Kragilan, Tamanan, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Jenderal DAR datang didampingi tim dari Markas Besar (Mabes) TNI AD bersama para mitra yang berasal dari Eks Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang sekarang menjadi Pusat Riset Teknologi Penerbangan (Pustekbang) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad), PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad), dan PT Dahana yang sudah bekerja sama sejak tahun 2016 hingga sekarang.

Kehadiran Kasad disambut dengan hangat oleh Ketua Umum (Ketum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si. (Buya Haedar) dan Rektor UAD Dr. Muchlas, M.T. bersama jajarannya.

Prof. Hariyadi selaku Kepala CIRNOV UAD menerangkan, pembuatan rudal sudah dimulai sejak 2016 dan uji tembak dilakukan tiap tahunnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan menyempurnakan teknologi strategis bangsa yang dibuat.

Rudal jenis tersebut merupakan rudal buatan anak bangsa yang pertama kali sukses dibuat dan diujitembakkan,” katanya, dalam keterangan tertulis, Rabu 24 Mei 2023.

Dalam kesempatan tersebut, Kasad sangat mengapresiasi rudal karya anak bangsa dengan kandungan lokal sangat tinggi.

Terlebih selama ini rudal buatan CIRNOV UAD telah sering diujitembakkan sehingga potensi untuk dapat digunakan oleh TNI cukup besar,” ujar Kasad.

Jenderal DAR selaku Komisaris PT Pindad juga berencana melanjutkan lagi Memorandum of Understanding (MoU) yang pernah dibuat bersama CIRNOV UAD agar program rudal berjalan lebih prospektif.

Selain itu harapan Kasad, produk rudal sasaran udara yang sudah dibuat dapat disempurnakan paling tidak dapat dipergunakan untuk senjata latih TNI AD.

Lebih lanjut, Prof. Hariyadi memaparkan, rudal sasaran udara yang dibuat tim CIRNOV tersebut merupakan jenis panggul atau ‘Man Portable Air Defense Systems (MANPADS) yang menggunakan teknologi fire and forget, yaitu rudal setelah ditembakkan ke area target, maka rudal akan mencari sendiri sasaran tanpa dipandu dari bawah karena dilengkapi dengan sensor inframerah.

Teknologi ini sudah cukup standar diterapkan untuk rudal antipesawat terbang, dan Tim CIRNOV UAD sudah cukup menguasai dalam pembuatan teknologi tersebut,” ungkapnya.

Selain itu, jangkauan rudal dapat bervariasi tergantung banyak sedikitnya dan desain bahan bakar roket pendorong yang dibuat oleh PT Dahana.

Untuk standar senjata anti pesawat terbang, jangkauannya dari 3.000 m hingga 6.000 m,” jelasnya.

Menurut, Prof. Hariyadi, kehadiran senjata rudal sangat mendesak, sebagaimana fakta perang modern yang sekarang sedang terjadi antara Rusia dan Ukraina, mesin perang berupa rudal menjadi andalan utama digunakan untuk menghancurkan sasaran serta menangkalnya melalui unjuk kemampuan teknologi yang ada.

Rudal yang dibuat tim CIRNOV UAD, kata Prof. Hariyadi, selama ini memiliki kemampuan mengunci sasaran melalui komponen seeker yang bekerja pada spektrum sinar inframerah telah mampu diteruskan ke sistem kendali berupa gerakan canard (sirip depan) rudal sehingga rudal akan menuju area sasaran yang dikunci tersebut sampai menghantamnya.

Pengendalian rudal sangat rumit, lanjut Prof. Hariyadi, sebab rudal selama terbang dengan kecepatan tinggi (dapat melebihi kecepatan suara) melakukan gerakan serempak untuk gerakan berputar (rolling), mengangguk (pitching), dan menggeleng (yawing).

Teknologi yang rumit ini menjadikan teknologi rudal cukup eksklusif dan protektif dalam pembuatannya yang memerlukan keahlian tingkat tinggi,” ucapnya.

Selama ini, tim CIRNOV sudah menembakkan roket atau rudal lebih dari 50 unit untuk kepentingan uji dinamis termasuk rudal sasaran darat. Uji-uji akan terus dilakukan mengingat variabel yang harus dikuasai cukup banyak,” imbuh Prof. Hariyadi.

Maka tak heran jika dibutuhkan anggaran riset yang relatif besar, sedangkan untuk tim CIRNOV UAD selama ini anggarannya sangat minimalis atau terbatas sekali.

Untuk itu, perhatian dari pemerintah atau perusahaan swasta sangat diharapkan terlebih hasil yang sudah dicapai selama beberapa tahun ini cukup signifikan untuk menjadikannya produk industri Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) nasional.

Ke depannya, diperlukan kerja-kerja yang lebih presisi untuk sampai pada tahapan menjadikan rudal ini sebagai Alutsista TNI.

Juga kerja sama yang lebih intensif berbagai pihak antara CIRNOV UAD dengan PT Lembaga Elektroteknika Nasional (LEN) Industri (Persero) yang merupakan induk holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) industri pertahanan Strategis seperti PT Pindad dan PT Dahana, dan institusi TNI dan Kementerian Pertahanan (Kemenhan).

Mengingat produk alutsista harus dikerjakan di bawah peraturan dan pengawasan yang sudah diundang-undangkan,” terangnya.

Exit mobile version