Gunungkidul (DIY), INAMEDIA.id – Nyadran adalah sebuah tradisi ritual adat yang dilaksanakan oleh sebagian masyarakat Jawa yang didalam proasesinya dilakukan pada sebuah tempat atau lokasi yang di anggap sakral atau memiliki cerita sejarah bagi lingkungan masyarakat yang melaksanakannya.
Seperti halnya, tradisi adat Nyadran Gedong Gede Makam Jayeng Katong yang dilaksanakan oleh sebagian masyarakat Padukuhan Ngrandu Kalurahan Katongan, Kapanewon Nglipar. Mereka mengadakan adat tradisi tersebut di sebuah tempat yang di anggap memiliki sejarah peradaban yang tinggi yaitu di halaman pasarean (Makam) yang lebih dikenal dengan Gedong Gede Katongan.
Menariknya, menurut keterangan Nawijo, salah satu panitia sekaligus pengelola makam Gedong Gede Katongan, bahwa tradisi tersebut rutin diadakan setiap setahun sekali dan harus dilaksanakan pada hari Kamis Pahing, Bulan Juni pada setiap tahunnya. Warga masyarakat, dalam prosesi tersebut membawa bakul (Tenggok) yang didalamnya terdapat makanan lengkap yang kemudian dibawa ke tempat prosesi Nyadran kemudian dijadikan satu dengan makanan yang dibawa oleh yang lain selanjutnya menunggu untuk didoakan yang dipimpin oleh sesepuh atau juru kunci makam Gedong Gede tersebut.
Usai makanan yang dibawa dikumpulkan menjadi satu, dan selesai didoakan maka nasi dan lauk pauk yang dibawa kemudian di bungkus menggunakan daun jati dan dibagikan kepada seluruh peserta Nyadran maupun warga yang hadir di tempat tersebut.
“Ini merupakan sebuah bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang di implementasi kan ke dalam sebuah bentuk sodaqoh kan dari para warga masyarakat yang mengikuti tradisi Nyadran itu,” tutur Nawijo menjelaskan.
Selain itu, tradisi Nyadran Gedong Gede yang dilaksanakan merupakan sebuah rangkaian awal dari kegiatan adat tradisi yang lain seperti halnya adat tradisi Rasulan atau Bersih Desa. Dimana, menurut penuturannya, wilayah Padukuhan lain yang masih masuk dalam satu lingkup Kalurahan Katongan belum berani melaksanakan adat tradisi nyadran yang serupa sebelum Nyadran Gedong Gede dilaksanakan.
“Adat ini turun temurun kami laksanakan dari nenek moyang, yang intinya ini adalah bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia yang telah dilimpahkan,” pungkasnya.