Prosesi pemakaman Ade Sara Angelina di Taman Pemakaman Umum (TPU) Pondok Kelapa, Pondok Kopi, Duren Sawit, Jakarta Timur, Jumat (7/3). (sumber: Suara Pembaruan/Fana FS Putra)
“Orang tua Ade Sara yakni Elizabeth dan Suroto mengajarkan kita untuk tegar dan saling memafkan,” kata budayawan Arswendo Atmowiloto melalui siaran pers, di Jakarta, Minggu (23/3).
Pernyataan tersebut terkait dengan kampanye bertema Memaafkan melalui diskusi Iklan Layanan Masyarakat yang mengangkat kisah Ade Sara dan kedua orang tuanya. Dia menjelaskan, rasa marah dan dendam sifatnya manusiawi. Hanya orang-orang yang bisa mengelola hatinya yang bisa memaafkan. Arswendo mengatakan, dirinya sangat terinspirasi karena kedua orang tua korban yakni Elizabeth dan Suroto memaafkan pelaku meski mereka harus kehilangan anak tunggal yang paling dicintai. Padahal, Ade Sara adalah anak tunggal yang paling mereka cintai.
Selain Arswendo gitaris Padi Piyu menambahkan bahwa memaafkan pada beberapa kasus adalah hal yang sulit dilakukan, karena itu dia ikut merasa salut dengan kedua orang tua Ade Sara.
Pendapat yang sama juga disampaikan Presiden Direktur PT Sido Muncul Irwan Hidayat yang mengatakan, sangat mendukung kasus Ade Sara dijadikan salah satu kampanye untuk saling memaafkan antar-sesama. “Karena kebanyakan orang pasti sulit memaafkan pelaku kejahatan. Umumnya pasti akan meminta hukuman yang setimpal,” katanya.
Menurut Irwan, kampanye memaafkan, bisa menjadi inspirasi bagi seluruh masyarakat Indonesia.