SAAT INA MEMBERI MAAF…
Seorang anak remaja putri, berusia 14 tahun, Ina, yang selalu ceria,suatu hari kesal pada pelatih, ketika diberi tugas untuk berbicara dengan ayahnya. Tugasnya hanya sederhana, yaitu menanyakan pada ayahnya, sifat-sifat Ina yang mana yang harus diperbaikinya.
“Aku nggak mau melakukan tugas ini, coach. Pokoknya, aku nggak mau!”
Protesnya.
“Loh, ini tugas mudah sekali kok, hanya tanyakan ayah hal apa yang bisa
Ina perbaiki. Ini akan berguna untukmu.” Kata pelatih.
“Ah! Enggak! Pokoknya aku tidak mau! Titik!” Katanya marah..
“Kenapa Ina tidak mau mengerjakan tugas mudah ini?” “Coach, aku sudah tahu jawabannya, papi akan bilang agar aku tidak boleh sembrono, tidak boleh ceroboh, tanganku harus bersih jika pakai komputer, tempat sampah kalau sudah penuh harus dibuang, kalau wastafel basah harus dilap…Pasti itu jawabannya.” Kata Ina.
“Loh? Ina kan belum menanyakannya.”
“Tapi aku kenal sekali papiku.” Sahut Ina segera.
“Kalau belum pernah dicoba, kita tidak tahu hasilnya, Ina.”…
“Tapi aku tidak terlalu dekat dengan papiku. Aku hanya dekat dengan mamiku, coach. Aku pasti berbuat kesalahan jika dekat papi, atau paling tidak, papi pasti menemukan kesalahanku.” Jawabnya kesal.
“Bagaimanapun, coach akan sangat menghargai, jika Ina sudah menunjukkan
usaha, bahwa Ina sudah berusaha bertanya pada papi.” Kata pelatih.
“Tugas yang lain aja, coach, tugas yang ini mission impossible banget deh!” Kata Ina.
“Coach tidak percaya bahwa ini tugas mission impossible jika Ina belum
memperlihatkan usaha Ina.” Kata pelatih.
Saat mengumpulkan tugas, Ina menyerahkan tugasnya dengan berlinang air mata. Pelatih membaca tulisan papi Ina, ada serentetan daftar dimana papinya meminta agar Ina mengubah sifatnya. Semua yang Ina katakan sungguh benar, dari daftar, jangan ceroboh, cuci tangan sebelum memakai komputer, jangan letakkan kulit pisang di atas meja, jangan melengos jika diajak bicara… Dan masih ada banyak daftar jangan dari papi Ina.
Ternyata… Inilah yang membuat Ina selalu merasa ditolak oleh papinya, sehingga ia tidak pernah mau bicara dengan sang ayah, walaupun ia adalah ayah kandungnya.
Kami mencoba bicara dengan ibunya Ina, ibu Ina mengatakan bahwa suaminya memang seorang perfeksionis. Belum sempat pelatih berbicara dengan Ina,suatu hari… Ina berkata “Aku sudah bicara dengan papi-ku. Aku bilang, Ina sayang papi, dan Ina akan coba menuruti semua larangan-larangan papi supaya papi senang.” Kata Ina.
“Lalu apa kata papi?” Tanya pelatih…
“Papi bilang, papi minta maaf sama Ina karena terlalu banyak memberikan syarat. Ina harus tahu kalau papi sebenarnya sayang sama Ina. Lalu, tadi malam, kami pergi makan malam bareng. Tumben loh coach, papi tidak marah waktu kulit lemper kutaruh di atas meja food court.. Kata papi, mulai sekarang, papi ingin meluangkan banyak waktu denganmu, bukan dengan kecerobohanmu. Nah! Menurut coach, kenapa papi berubah?” Tanya Ina..
“hhmmm… Coach rasa, papi terkejut dan bangga dengan kebesaran hati anak putrinya yang mau memaafkannya.” Ina pun tersenyum gembira.
-Yacinta Senduk Principal of Yemayo-AEC